Peringatan Pekan Langit Gelap Internasional 2025 : OAIL Mengukur Kecerlangan Langit di ITERA dan Menikmati Keindahan Langit Malam

Pekan Langit Gelap Internasional (International Dark Sky Week) diperingati pada 21–28 April 2025. Pekan ini adalah inisiatif global yang diprakarsai oleh International Dark-Sky Association (IDA) untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya menjaga langit malam yang gelap dan mengurangi polusi cahaya. Diselenggarakan setiap tahun bertepatan dengan Hari Bumi, Pekan Langit Gelap Internasional mengajak masyarakat dunia untuk mempelajari dampak polusi cahaya terhadap lingkungan, kesehatan manusia, dan pengamatan astronomi, serta mengambil langkah nyata untuk melindungi langit malam. Pada tahun 2025, tema peringatan ini menekankan kolaborasi komunitas global dalam menciptakan lingkungan yang mendukung langit gelap melalui edukasi, pengukuran kualitas langit, dan praktik penerangan yang bertanggung jawab. Observatorium Astronomi ITERA Lampung (OAIL) turut mendukung inisiatif ini dengan menyelenggarakan serangkaian kegiatan, termasuk kampanye media sosial tentang pentingnya langit gelap selama 21–28 April 2025, ajakan untuk memperingati Pekan Langit Gelap Internasional pada 21 April 2025, edukasi mengenai polusi cahaya melalui media sosial pada 25 April 2025, serta pengukuran kecerlangan langit di lingkungan ITERA untuk mengevaluasi tingkat polusi cahaya pada 28–30 April 2025.

OAIL secara rutin mengukur kualitas langit malam di ITERA setiap tahun. Pada tahun 2019, pengukuran di area Gedung C menunjukkan bahwa langit malam di lokasi tersebut masih masuk dalam skala Bortle 5, dengan tingkat polusi cahaya yang cukup signifikan namun masih memungkinkan untuk melihat Bima Sakti secara kasat mata, meskipun tampak agak pudar. Kondisi ini menunjukkan bahwa pada waktu itu, area Gedung C masih memiliki langit yang relatif gelap dibandingkan dengan area urban, memungkinkan pengamatan astronomi sederhana. Pada tahun 2022, OAIL bekerja sama dengan mahasiswa Program Studi Sains Atmosfer dan Keplanetan (SAP) yang sedang meneliti polusi cahaya dengan melakukan pengukuran di berbagai lokasi di ITERA. Pada tahun 2025, OAIL bersama tim mahasiswa SAP kembali mengukur titik-titik yang sama dengan tujuan untuk menilai kualitas langit malam di ITERA, mengidentifikasi apakah ada peningkatan polusi cahaya, menentukan area paling gelap di kampus, serta memantau aktivitas hewan nokturnal selama survei malam hari.

Tentang Skala Bortle

Skala Bortle, yang dikembangkan oleh John E. Bortle pada tahun 2001, adalah metode untuk mengukur kecerlangan langit malam. Skala ini berkisar dari 1 (langit sangat gelap, hampir tanpa polusi cahaya) hingga 9 (langit kota besar dengan polusi cahaya ekstrem). Skala ini membantu mengkategorikan kualitas langit berdasarkan visibilitas bintang, galaksi, dan tingkat gangguan cahaya buatan. Semakin rendah angka Bortle, semakin gelap dan jernih langit malam, sehingga ideal untuk pengamatan astronomi dan kehidupan hewan nokturnal. Skala Bortle juga dapat dikaitkan dengan nilai magnitudes per square arcsecond (mpsas), yang mengukur kecerlangan langit dalam satuan magnitudo per detik busur persegi. Nilai mpsas yang lebih tinggi menunjukkan langit yang lebih gelap. Berikut adalah penjelasan skala Bortle beserta perkiraan nilai mpsas:

Skala BortleDeskripsiKarakteristikNilai mpsas
1Langit sangat gelapLangit sangat jernih, Bima Sakti sangat terang, banyak objek langit terlihat dengan mata telanjang.>21.99
2Langit gelap alamiBima Sakti masih terlihat jelas, beberapa bintang redup terlihat, hampir tidak ada polusi cahaya.21.89–21.99
3Langit pedesaanPolusi cahaya minim, Bima Sakti terlihat, namun beberapa bintang redup mulai tertutup cahaya.21.69–21.89
4Transisi pedesaan/suburbanCahaya buatan mulai terlihat di cakrawala, Bima Sakti masih terlihat namun kurang jelas.21.30–21.69
5Langit suburbanPolusi cahaya cukup signifikan, Bima Sakti mulai pudar, hanya bintang terang yang jelas terlihat.20.40–21.30
6Suburban terangBima Sakti hampir tidak terlihat, langit terlihat cerah karena cahaya buatan.19.10–20.40
7Transisi suburban/urbanLangit didominasi cahaya buatan, hanya bintang terang dan planet yang terlihat.18.00–19.10
8Langit urbanPolusi cahaya tinggi, hanya bintang paling terang dan bulan yang terlihat.17.00–18.00
9Langit kota besarLangit sangat terang, hampir tidak ada bintang yang terlihat, hanya bulan dan beberapa planet.<17.00

Hasil Pengukuran Polusi Cahaya

Hasil pengukuran pada tahun 2025 menunjukkan bahwa area paling gelap di ITERA adalah sekitar Embung F, dengan tingkat polusi cahaya rendah pada skala Bortle 6–7 (mpsas sekitar 19.10–20.40), karena minimnya aktivitas manusia dan sumber cahaya buatan. Di area ini, tim survei mengalami momen yang sangat mengesankan saat mengamati langit malam. Pada skala Bortle 6, Bima Sakti masih dapat terlihat samar, dan banyak bintang serta beberapa objek langit seperti gugus bintang terlihat dengan mata telanjang. Pengalaman ini menggugah rasa kagum dan keterhubungan dengan alam bagi tim, karena kejernihan langit malam di Embung F mengingatkan mereka pada keindahan semesta yang sering terlupakan akibat polusi cahaya di area perkotaan. Pemandangan ini membangkitkan rasa kagum dan nostalgia akan langit malam yang gelap, mendorong tim untuk semakin berkomitmen melestarikan langit gelap. Sebaliknya, area dengan pembangunan padat seperti GKU 1, Bundaran F, dan asrama tergolong langit urban dengan polusi cahaya tinggi pada skala Bortle 8–9 (mpsas di bawah 18.00), di mana hanya bintang terang dan bulan yang terlihat jelas. Area teleskop OZT-ALTS sekarang berada pada skala Bortle 7 (mpsas sekitar 18.00–19.10), menunjukkan langit yang masih cukup gelap namun perlu segera dilindungi dari dampak polusi cahaya agar tetap optimal untuk pengamatan astronomi. Selama pengukuran, tim juga mengamati aktivitas hewan nokturnal seperti kelelawar, burung hantu, dan serangga malam, sambil menekankan pentingnya menjaga langit gelap untuk kelestarian ekosistem mereka.

Tren dan Upaya Penanggulangan Polusi Cahaya

Pengukuran menunjukkan adanya peningkatan polusi cahaya di ITERA seiring bertambahnya pembangunan, yang menyebabkan lebih banyak cahaya terbuang ke langit. Dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2019 di Gedung C yang masih berada pada skala Bortle 5, data terbaru menunjukkan penurunan kualitas langit di beberapa area akibat pembangunan yang meningkatkan sumber cahaya buatan. Untuk mengatasi masalah ini, OAIL merekomendasikan langkah preventif seperti menggunakan tudung lampu, mengarahkan lampu ke bawah, meminimalkan penggunaan lampu berlebih, memilih lampu hemat energi, dan menerapkan kebijakan penerangan luar ruangan. Langkah responsif meliputi menambahkan tudung pada lampu yang mengarah ke langit dan mengurangi sumber cahaya yang berlebihan. Dengan kesadaran dan tindakan nyata, kita dapat menjaga keindahan langit malam ITERA untuk pengamatan astronomi, pelestarian ekosistem, dan generasi mendatang.
Salah satu contoh kegiatan penanggulangan yang sudah dilakukan di sekitar ITERA seperti Projek KuACI (Kurung Atur Cahaya ITERA)  mendesain, mengenalkan, dan mencoba mengimplementasikan penggunaan tudung lampu di area Desa Way Huwi, Jati Agung yang berada di sebelah utara ITERA. Harapannya, implementasi proyek serupa dapat dilakukan di dalam kampus ITERA. Kebijakan mengenai efisiensi pengurangan penggunaan cahaya lampu yang berlebihan juga sangat membantu mengurangi adanya polusi cahaya di dalam kampus. 

Gambar : bintang-bintang langit selatan dilihat dari embung F. (Foto : Tim Survei Kecerlangan Langit ITERA – Egga P)

Gambar : Tim Survei Kecerlangan Langit ITERA pasca melakukan survei

Gambar : Tim Survei Alpha melakukan pengukuran di area GKU 1

Gambar : Tim Survei Beta melakukan pengukuran di area Embung F

Gambar : Titik Lokasi Pengukuran di dalam dan di luar kampus ITERA (peta lokasi  dari Tugas Akhir Adoni Theofilus)

.

Gambar : Alat yang digunakan untuk melakukan survei kecerlangan langit (Sky Quality Meter dan alat swakriya mySQM+)

Gambar : Milky Way dipotret dari atap gedung C pada 10 Juni 2019, ketika kondisi langit ITERA 2 skala bortle di bawah yang sekarang (2019 : bortle 5, 2025: bortle 7 – langit lebih terang, bintang lebih susah terlihat)

Gambar : Pengenalan Projek KuACI ke warga Way Hui

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *